Rabu, 28 Desember 2011

Pidato Khalifah Abu Bakar Saat Pelantikannya

Saat dilantik sebagai khalifah, Abu Bakar menyatakan kebijaksanaannya dalam sebuah pidato:

"Saudara-saudara sekalian, walaupun saya bukan yang terbaik diantara saudara, namun saya telah diberi tanggung jawab untuk memimpin saudara sekalian. Saya akan anggap orang-orang yang terlemah diantara saudara-saudara kuat sampai saya memajukan tuntutan atas hak-hak yang memang merupakan hak mereka.
Dan orang-orang yang terkuat diantara saudara-saudara akan saya anggap lemah sampai saya ambil dari mereka apa-apa yang memang bukan hak mereka. Saudara-saudara sekalian, saya seorang pengikut nabi, bukan seorang pembaharu. Oleh karena itu kalau saya mengerjakan pekerjaan dengan baik, bantulah saya. Dan kalau saya menyimpang, luruskanlah saya. Dan lakukanlah perhitungan atas diri saudara sebelum saudara diperhitungkan orang.

Tak seorangpun boleh meninggalkan jihad di jalan Allah, kecuali Allah akan timpakan kehinaan atas mereka. Dan jangan kerjakan kecabulan di kalangan saudara, nanti Allah akan menyebarkan bencana di kalangan mereka. Oleh karena itu patuhilah saya selama saya patuh kepada Allah. Tetapi kalau saya tidak patuh kepada Allah dan Nabi-Nya, saudara tidak berkewajiban mematuhi saya. Saya sebenarnya lebih senang kalau salah seorang dari saudara yang diberi tanggung jawab ini sehingga saya terhindar dari tanggung jawab tersebut.

Dan jika saudara mengharapkan saya untuk melakukan peran yang sama seperti Nabi dalam hubungannya (dengan) wahyu, saya tidak dapat mengerjakannya. Saya hanya seorang manusia biasa, jadi maafkanlah saya."

Rabu, 21 Desember 2011

Mengantar Pemuda Muslim menjadi Bagian Kekuatan Politik Umat

Seorang pemuda gelisah melihat keadaan masyarakatnya yang jahiliyah. Penguasa menindas rakyat, ekonomi berbasis riba dan kecurangan, perzinaan, minuman keras, pelecehan perempuan, penguburan bayi perempuan karena malu, perkelahian, dan perang demi arogansi kesukuan dan motivasi penguasaan harta.

Ia bertanya akan kemana masyarakatnya menuju? Ia berusaha mencari jawabannya. Ia menyepi di sebuah gua di sebuah gunung, menjernihkan pikiran, dan mengasah kedekatan dengan Sang Pencipta. Dalam diri pemuda itu muncul kesadaran untuk mengatur urusan rakyatnya dengan berbasis petunjuk Tuhan. Suatu malam jawaban itu datang. Di tengah keheningan: Iqra!

Penanda perubahan zaman sudah datang.
Diajak istri dan sepupunya memasuki dunia baru dengan risalah Tuhan. Kelompok baru yang terdiri atas banyak pemuda dan para orangtua. Kelompok itu makin membesar dan membuat ketakutan penguasa status quo. Caci maki, aniaya, dan pembunuhan menjai nyata. Ia tidak mau bergabung dengan sistem rusak yang eksis.

Ketika pertolongan Tuhannya datang, kelompok baru itu mendapatkan kepercayaan dari pemimpin suatu masyarakat yang haus akan petunjuk. Madinah pun menjadi kota baru dan kehidupan baru.


Madinah menjadi pusat peradaban baru yang mengatasi Romawi dan Persia kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan kehidupan baru di bawah kerinduan akan Allah SWT dan Rasulullah-Nya.


Pemuda itu adalah Muhammad bin Abdullah. Mengapa kita tidak mengikuti jejaknya?

(Dikutip dari "Political Quotient", M.D Riyan)

Cahaya Hati Mutiara

Semilir lembut angin membelai kesunyian malam ini
Sesosok gadis mutiara tersudut di beranda rumah
Matanya yang syahdu kini sembab merona,
Menerawang panjang ke tepi pantai berombak beriringan
Andaikan ombak itu mengerti perasaan sang mutiara
Ingin rasanya mengajaknya pergi, berjalan beriringan,
berbagi cerita, cinta dan mimpi-mimpi..

Ia tertohok pada sekelebat bayangan hitam nan lembut menyambar desiran angin
lembut dan senyap, perlahan menghilang..
ah, ia tak ingin berpikir 'lebih'
keinginannya membelah lautan bukanlah impian mengawang nan utopis..
Jika bukan karena kota Roma menanti ditaklukan dan kemuliaan kaum muslim yang tergadaikan

Terkadang, ia melihat kawanan kupu-kupu di pagi hari yang amat riang
Penuh kehangatan..
Meski sayapnya sempat patah hingga nyaris sekarat
ia tak menyerah untuk kembali terbang, meski harus kembali menjadi kepompong..
terus bersabar, kuat, tabah, ikhlas, hingga kedua sayap nan lebar itu tumbuh..
kedua matanya yang besar mampu menembus indahnya awan..
Pelangi dengan riang menanti kedatangannya, hingga ia terbang bersama kawana peri..
menuju langit ketujuh..

Keutamaan Wanita Dunia atas Bidadari Syurga

Dari Ummu Salamah radiyallahu'anha, ia berkata, "Saya bertanya pada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?"


Beliau shallallahu‘alaihi wasallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” (HR. Ath Thabrani)

Ukhtifillah, mungkin selama ini kita bermimpi untuk meraih kemuliaan seperti para bidadari yang amat terjaga kehormatannya bak permata yang berharga tiada tara. Namun ternyata, Rasul mengatakan bahwa kita para wanita dunia sungguh dapat meraih kemuliaan yang lebih tinggi di sisi Allah SWT dibanding para bidadari. Mereka memiliki keindahan jasadiyah yang luar biasa tiada terkira, iffah yang amat terjaga, berbakti kepada orangtua, suami, mengurus dan membesarkan hingga mencetak generasi syuhada. Allah SWT memuliakan kita dengan mabda, iffah yang senantiasa kita jaga, serta cita-cita mulia untuk membumikan Islam sebagai mabda di seluruh dunia dan meraih predikat ummat terbaik.